Mengelola
Kelelahan kerja
Definisi kelelahan:
v Levy (1990) mengutarakan bahwa
kelelahan kerja masih merupakan misteri dunia kedokteran modern, penuh
kekaburan dalam sebab musababnya serta pencegahannyapun belum terungkap secara
jelas.
v Rizeddin
(2000): kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai
oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun.
v Keadaan
yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja dan penurunan kesiagaan.
v Keadaan
pada saraf sentral sistimik akibat aktivitas yang berkepanjangan dan secara
fundamental dikontrol oleh sistim aktivasi dan sistim inhibisi batang otak.
v Merupakan
fanomena kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja dan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
v Merupakan
kriteria lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan fisik dan psikis tetapi lebih
banyak kaitannya dengan adanya penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah,
penurunan motivasi, dan penurunan produktivitas kerja.
v Adalah
respon total terhadap stres psikososial yang dialami dalam satu periode waktu
tertentu dan cenderung menurunkan motivasi dan prestasi kerja.
Fakta-fakta tentang kelelahan
kerja:
Ø Setiap
hari dijumpai dalam kehidupan kerja lebih dari 65% pasien yang datang ke
Poliklinik Perusahaan menderita fatigue
Ø Kennedy
(1987) : 24% orang dewasa yang datang ke poliklinik menderita kelelahan (USA)
Ø Kelelahan
kerja diderita oleh 25% tenaga kerja wanita, 20% tenaga kerja laki-laki.
(England)
Ø Kelelahan
kerja memperlambat waktu reaksi, merasa lelah ada penurunan aktivitas dan
kesulitan mengambil keputusan disamping gejala lain
Ø Kelelahan
dapat meningkatkan error operator atau pelanggaran saat kerja. Hal ini
merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan.
Ø Fokus
terhadap sistem kontrol jam kerja yang berlebihan, terutama untuk staf yang berada
dalam kerja yang berbahaya harus ditingkatkan. Kelelahan harus diatur seperti
halnya bahaya lainnya.
Ø Tugas
legal atasan untuk mengatur resiko kelelahan, terlepas dari keinginan
individual pekerja untuk bekerja lembur.
Ø Pihak
manajemen dapat mengubah jam kerja yang membutuhkan pengawasan dan beresiko
tinggi.
Faktor penyebab kelelahan kerja
berkaitan dengan banyak hal yaitu:
ü Penyebab
medis: flu, anemia, gangguan tidur, hypothyroidism, hepatitis, TBC, dan
penyakit kronis lainnya.
ü Penyebab
yang berkaitan dengan gaya hidup: kurang tidur, terlalu banyak tidur, alkohol
dan miras, diet yang buruk, kurangnya olahraga, gizi, daya tahan tubuh,
circadian rhythm.
ü Penyebab
yang berkaitan dengan tempat kerja: kerja shift, pelatihan tempat kerja yang
buruk, stress di tempat kerja, pengangguran, workaholics, suhu ruang kerja,
penyinaran, kebisingan, monotoni pekerjaan dan kebosanan, beban kerja.
ü Faktor
psikologis: depresi, kecemasan dan stress, kesedihan.
ü Beberapa
faktor yang mempengaruhi: intensitas dan durasi kerja fisik dan mental,
monotoni, iklim kerja, penerangan, kebisingan, tanggung jawab, kecemasan,
konflik-konflik, penyakit keluhan sakit dan nutrisi (ILO, 1983 dan Grandjean,
1985)
Jenis Kelelahan
- Proses terjadinya pada
otot : kelelahan umum dan otot
- Waktu terjadinya: akut dan
kronis
- Penyebabnya :
faktor-faktor nonfisik (psikososial) dan lingkungan fisik
Perubahan Fisiologis Akibat
Kelelahan kerja
Mekanisme
prinsip tubuh mencakup sistem sirkulasi, sistem pencemaan, sistem otot, sistem
saraf dan sistem pemafasan. Kerja fisik yang terus menerus mempengaruhi
mekanisme tersebut baik sebagian maupun secara keseluruhan (Setyawati, 1994)
Gejala Kelelahan Kerja
Gilmer(1966) dan Cameron (1973):
Gilmer(1966) dan Cameron (1973):
Ø Menurun
kesiagaan dan perhatian,
Ø Penurunan
dan hambatan persepsi,
Ø Cara
berpikir atau perbuatan anti sosial,
Ø Tidak
cocok dengan lingkungan.
Ø Depresi,
kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif,
Ø Gejala
umum (sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu
makan, gangguan pencemaan, kecemasan, pembahan tingkah laku, kegelisahan, dan
kesukaran tidur
Akibat Kelelahan Kerja
(Bartley
dan Chute, 1982):
Ø Prestasi
kerja yang menurun,
Ø Fungsi
fisiologis motorik dan neural yang menurun,
Ø Badan
terasa tidak enak,
Ø Semangat
kerja yang menurun
Pengukuran Kelelahan Kerja:
- Waktu reaksi,
- Uji ketukjari
(fingger-tapping test),
- Uji flicker fusion.
- Critical flicker fusion,
- Uji Bourdon Wiersma,
- Skala kelelahan IFRC
(Industrial Fatique Rating Committe),
- Skala fatique rating (FR
Scale),
- Ekskresi katekolamin,
- Stroop test,
- Kuesioner Alat Ukur
Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)
- Indikator pengukuran
kelelahan kerja: waktu reaksi dan rasa lelah
Penanggulangan Kelelahan Kerja
- Lingkungan kerja bebas
dari zat berbahaya, penerangan memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dihadapi, maupun pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan,
getaran, serta ketidaknyamanan.
- Waktu kerja diselingi
istirahat pendek dan istirahat untuk makan.
- Kesehatan umum dijaga dan
dimonitor.
- Pemberian gizi kerja yang
memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja.
- Beban kerja berat tidak
berlangsung terlalu lama.
- Tempat tinggal diusahakan
sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi tenaga kerja dengan
tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan.
- Pembinaan mental secara
teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya.
- Disediakaan fasilitas
rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat diolaksankan secara baik.
- Cuti dan liburan
diselenggarakan sebaik-baiknya.
- Diberikan perhatian khusus
pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja beda usia, wanita hamil dan
menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru
pindahan.
- Mengusahakan tenaga kerja
bebas alkohol dan obat berbahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar